Tukang Mie Ayam Aja Sholat Tepat Pada Waktunya Bray

Selamat malam menjelang larut malam bray...

Yang belum tahu, perkenalkan gue Fajar bray. Gue sengaja membuat blog ini khusus bagi kamu-kamu yang ingin tahu bagaimana hidup ini dalam kacamata gue bray.

Maaf sebelumnya, bukan berarti hidup gue terlalu berarti untuk tidak diceritakan (kalimat ini melatih logika). Gue hanya ingin berbagi dan curhat, itu saja sebenarnya.

Tukang Mie Ayam Sholat Saja Sholat berjamaah
Gambar Ilustrasi

Pelajaran hidup kali ini yaitu tentang Tukang Mie Ayam yang gue temui ketika turing mencari bank-bank syariah di sekitaran Bogor. Buat apa gue turing cari-cari Bank Syariah, ceritanya gue lagi cari dana buat usaha bray dan dapat hidayah. Tapi cuma bank yang gue tahu  bisa meminjamkan duit cepat bray, jadi yaudah cari yang minimal syariah.

Pertama, yang elu harus tahu hidup ini penuh dengan ujian nasional bray. Contohnya, macet di jalan ini bagi gue ujian nasional para pengguna jalan di kota.

Gue tahu, panas bray kalau macet - apalagi di siang bolong seperti kisah gue ini.

Tapi lu harus tahu bray, dunia ini seperti apa kata pepatah yang tidak lain hanyalah ujian. Jadi, lu harus terima ujian nasional ini bray.

Tulisan-tulisan gue ini sebenarnya sederhana sih bray, tidak seperti dulu yang rajin nonton MTGW. Kata-kata gue indah banget dulu bray, sampai-sampai gue sering pakai kacamata di depan kaca dan bilang "Super Sekali..." (Mario Teguh bray yaelah).


Kapan gue ceritanya nih bray, intro melulu.

Gue putar-putar, tanya sana dan tanya sini mencari kantor-kantor Bank bray, yang mau minjemin duit minimal dengan upaya yang Syar'i. Selebihnya gue serahkan kepada Allah SWT.

Panas bray, gue datangi satu-satu kantor nya. Akhirnya gue istirahat dulu sambil cari Mesjid.

Nikmat yang tidak pernah kita syukuri karena tidak kita sadari adalah "Nikmatnya Beristirahat" bray !

Nikmat lainnya adalah "Makan ketika Lapar". Itu yang membuat gue memilih nunggu mamang Tukang Ayam Sholat daripada gue Sholat dulu di Mesjid.

Gue duduk dekat tukang siomay sambil bisa-bisanya membawa misi pemasaran agen pulsa bray.

Yah, tidak ada salahnya gue menawari si mamang tukang Siomay dulu yang tidak sholat ini.

Akhirnya gue kenalin diri bray pake bahasa planet Namek.

"Muhun kang, saya sareng kakak teh gaduh server pulsa. Sok mangga upami bade icalan pulsa mah ka sayah"

Setelah akrab, gue pakai bahasa asing. Keluar ciri khas Sunda Bogor.

"Tuh karak aya si mamang Mie Ayam"

Ternyata tukang Siomay itu orang Cianjur bray dan cuma kerja nungguin dagangan siomay milik orang lain.

"Sabarah kang samangkokna ?"

"Oh, mun biasa Rp 8 ribu, make bakso Rp 12 ribu"

"Oh nu biasa we lah kang" sambil cengengesan.

Akhirnya sambil makan, kita bertiga terbawa suasana (Gue, Mamang Mie Ayam dan Mamang Siomay). Mengobrolkan tentang politik bu Susi, kebijakan Go Green IPB sampai ini yang membuat hati gue terenyuh. Keluar kata-kata bijak dari si Mamang Mie Ayam.

"Nya mang, pendidikan memang penting Tapi bukan segalanya, contohnya bus Susi yang lulusan SMP bisa jadi menteri. Mamang juga bisa jadi menteri" bila diterjemahkan.

"Bukan itu, tapi yang penting dalam memimpin adalah tanggung jawab nya di dunia dan akhirat dek"

Wew, gue terdiam dan tidak bisa berdebat lagi bray..

Setelah gue cari, ternyata ada hadist-nya bray.
“Setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan jawab terhadap apa yang di pimpinnya. Seorang raja adalah pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan ia akan dimintai pertanggunganjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Ketahuilah bahwa setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Muslim 6/8)
Tanpa gue sadari, angin sepoi-sepoi ini membawa suasana kita menjadi lebih nyaman.

"fabi ayyi ala i rabbikuma tukadziban"
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan ?
Meskipun dunia ini adalah ujian, kita masih bisa merasakan nikmat Tuhan. Namun yang bila melampaui batas malah bisa menjerumuskan. Logis ya ? Ini bukan tafsir ya bray, cuma pendapat pribadi. Jadi, nikmat di dunia itu bisa jadi ujian yang bila khilaf dan melampaui batas malah bisa menjerumuskan.

Si mamang mie ayam juga curhat bray, dia ingin mencari pekerjaan lagi sebab nungguin dagangan mie ayam si bos gajinya cuma sekitar Rp 1,3 jutaan dan itu tidak cukup untuk menafkahi istri + 2 orang anaknya.

Hati gue sebenarnya tergetar bray, karena memang gue sendiri dibesarkan oleh keluarga yang dulunya tidak punya juga. Ayah gue cuma lulusan SD dan ibu gue cuma lulusan SMP. Tapi alhamdulillah keluarga gue bisa survive dan menyekolahkan gue sampai kuliah bray.

Kemudian, si mamang mulai banyak ceramah. Setelah gue pikir-pikir, si mamang yang sedang berjualan saja menyempatkan untuk sholat zuhur berjamaah. Padahal, tidak ada jaminan duit laci gerobak si mamang aman meskipun ada karib tukang siomay yang kadang suka luntang-lantung. Lah, gue... malah nunggu orang sholat sementara gue sendiri belum sholat bray. Lemah benar iman gue bray..

Akhirnya gue titip motor ke si mamang, sementara gue jalan ke mesjid untuk menunaikan sholat zuhur.

Memang, percaya atau tidak "mesjid itu selalu adem" padahal ini siang bolong dan sejauh penglihatan gue tidak ada kipas mesin maupun AC.

Selesai, gue berpamitan (salaman) ke si mamang mie ayam dan siomay. "Siap kang, nanti jadi langganan lah", bila diterjemahkan.

Gue lanjutkan turing karena masih belum dapat titik terang. Akhirnya gue dapat pencerahan di Bank BRI Syariah bray. Ada program pembiayaan usaha unit mikro. Diberilah gue kartu nama sales officer dan selembar brosur mengenai program pembiayaan.

Cara Tuhan mengajari manusia itu begitu anggun bray.

Apa yang bisa dipetik  ?

Tanpa gue sadar gue terlalu terobsesi dengan usaha, sampai gue sering menahan lapar atau tidak jajan demi usaha yang hanyalah urusan dunia. Gue telah mendzhalimi diri karena sering menahan lapar dan tidak mengutamakan sholat.

Moment duduk diantara dua sujud setelah salam adalah waktu terindah mengontrol dan menjernihkan pikiran. Ini yang gue rasakan.

Yakinlah, kita tidak berjalan sendiri bray.


EmoticonEmoticon